Pencatu Daya (Inggris:
power supply) adalah sebuah piranti elektronika yang berguna
sebagai sumber daya untuk piranti lain, terutama daya listrik. Pada dasarnya pencatu daya bukanlah
sebuah alat yang menghasilkan energi
listrik saja, namun ada beberapa pencatu daya yang menghasilkan energi mekanik,
dan energi yang lain.
Konsep pembuatan catu daya digital
ini adalah memanfaatkan DAC (digital to analog converter) yang telah dikuatkan
oleh rangkaian penguat sebagai pengendali tegangan outputnya, dan sebagai feed
back nya, penulis menggunakan ADC 10 bit mikro ATMega16 untuk mengukur tegangan
outputnya secara pasti. Tegangan output catu daya ini bisa di-set mulai 0 volt
sampai 32 volt DC dg arus maksimumnya ±1,5 Amper. Diagram bloknya seperti di
bawah ini:
Kita bahas satu-satu,
Sebagai pusat kendali adalah
ATMega16. Yang berfungsi memberikan output biner 1 dan 0 sebanyak 16 bit secara
paralel ke rangkaian DAC. dan melakukan pembacaan tegangan output akhir dg ADC
10 bit internalnya. Rangkaian sistem minimumnya seperti ini:
Sebagai penguat tegangan, digunakan
transistor BC547 dan BC557 yg memiliki gain cukup besar. Besarnya gain
(penguatan) tegangan di atas ditentukan oleh R2 dan R3 sebesar (R2+R3)/R3 atau
sekitar 7,8 kali tegangan DAC. Untuk pnguat arusnya digunakan rangkaian
darlington kombinasi TIP122 dan jengkol 2N3055 sehingga drop tegangan output
anggaplah sekitar 0,7×2 volt = 1,4 volt (drop tegangan basis-emitor ).
Anggaplah tegangan DAC maksimum adalah 5 volt, maka output penguatnya adalah
(5×7,8)-1,4 volt = sekitar 37,6 volt. Tapi hal ini tidak mungkin terjadi karena
maksimum tegangn input DC yang digunakan adalah 35 volt. Sehingga maksimum teg.
Outputnya ya sekitar 35 volt – 1,4 volt = 33,6 volt saja. Dari sini
rangkaian di atas sudah cukup bila digunakan untuk mendesain catu daya tegangan
output dari 0 s/d 32 volt.
R4 dan R5 di atas berfungsi sebagai
rangkaian pembagi tegangan agar tegangan output nya dpat dibaca oleh mikro.
Tegangan output catu daya maksimum adlah 32 volt. Bila langsung dibaca oleh
mikro.. bisa bisa pin mikronya langsung meleduk (kobong):D, untuk itu
diperlukan rangkaian penurun tegangan seperti di atas. Tegangan drop pada
pin “teg.” Adalah Vout x R5/(R4+R5) atau 32 volt x 150k / 1150k atau sekitar
4,17 volt. Nilai inilah yang maksimum terbaca oleh ADC sehingga mikro masih
aman.. R4 dan R5 sengaja dibuat besar agar tidak terjadi drop arus pada beban
outputnya . Sedangkan R Shunt di atast fungsinya untuk sensitivitas pengukuran
arus beban pada output. R shunt dibuat sekecil mungkin agar tidak terjadi drop
tegangan dan arus yang terlalu besar pd output. TRUS Bagaimana kita tahu arus
pada beban..? caranya adalah dg mengukur tegangan pada R shunt melalui
ADC mikro dan membaginya dengan nilai R shunt.. misal, diketahui R shunt adalah
0.2 ohm dan tegangan pada pin “arus” yang yg terbaca mikro adalah 100 mVolt,
maka Arusnya sekitar 100 mVolt/0.2 ohm = 500 mA.
ADC seperti telah di jelaskan di
atas. Terdpt dua channel ADC yang digunakan , yaitu channel 0 (PORTA.0) dan
channel 1 (PORTA.1). channel 0 untuk mengukur tegangan output sedangkan channel
1 untuk arusnya. ADC yang digunakan 10 bit sehingga resolusi tegangan output
yang bisa diukur adalah Vcc/1024, yaitu sekitar 4,88 mV. Nilai tegangan dan
arus yang terbaca ini kemudian digunakan sebagai masukan kendali DAC oleh mikro
ATMega16, bila tegangan output kurang dari set point, maka mikro harus menambah
nilai DAC nya untuk menambah tegangan dan sebaliknya. Sehingga didapatkan
tegangan output yang fix sesuai set point yang diatur pada program.
Rangkaian keseluruhan sistem seperti
dibawah, , (klik untuk memperbesar)
setelah merancang hardware, saatnya
membuat software/algoritma pengendalian tegangan dan arusnya.. secara umum
algoritma untuk regulasi tegangan adalah dengan membaca tegangan dari sambungan
“teg.” melalui ADC pada PINA.0. tegangan tersebut dikalikan dg suatu konstanta
untuk kalibrasi dg tegangan output sebenarnya. Bila tegangan kurang dari
tegangan set point-20 mV maka tegangan output DAC ditambah terus, sebaliknya
bila tegangan output catu daya lebih dari set point+20 mV maka tegangan output
DAC dikurangi. 20 mV adalah toleransi setpoint tegangan output. Untuk regulasi
arus pada sumber arus prinsipnya sama, dg membaca tegangan R shunt pada ADC
PINA.1 dan membaginya dengan 0.2 ohm (hambatan R shunt/lihat rangkaian di
atas). lebih jelasnya, flow chart sistem umumnya seperti ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar